Pernah merasakan gurih dan renyahnya kripik tempe? Mungkin, beberapa di antara Anda malah selalu ketagihan untuk selalu mencicipinya. Ya, sudah banyak daerah di Indonesia yang memproduksinya, versi produk rumahan. Pun demikian halnya di Desa Sugihwaras, Kecamatan Bagor, Jawa Timur, dengan nama Srikandi. Omzetnya bahkan mencapai jutaan rupiah. Inilah kisah cikal bakal penganan ringan kripik tempe Srikandi ala Kabupaten Nganjuk.
Keripik tempe adalah makanan tradisional sejenis keripik yang tentunya terbuat dari tempe. Berbeda dengan jenis keripik pada umumnya yang banyak dibuat dari singkong atau kentang, keripik tempe dibuat dari bahan dasar tempe kedelai sehingga memiliki cita rasa yang sangat khas.
Proses pengolahan keripik tempe Srikandi hampir sama dengan tempe goreng biasa, hanya saja proses pemotongannya sedikit berbeda. Pertama keripik tempe dipotong-potong dengan alat khusus—yang didapat sewaktu mengikuti pelatihan penggorengan di desa—supaya tempe tidak mudah hancur. Setelah itu irisan tempe dicelup ke dalam adonan bumbu agar terasa gurihnya. Kemudian digoreng kering dengan minyak sedang sehingga dapat mengembang dan tidak mudah gosong.
Keripik tempe berbentuk bulat yang sudah digoreng kemudian ditiriskan, sebelum nantinya dikemas plastik dengan rapat hingga rasa tetap renyah dan tahan lama. Usai itu, label dalam kemasan berbentuk stiker bertulisan merek, alamat KSM Berkah, nomor Produksi Industri Rumah Tangga (P-IRT), dan komponen bahan serta tanggal kedaluwarsa. Masing-masing kemasan dijual mulai dari harga seribu rupiah hingga Rp 15 ribu.
Komentar
Posting Komentar